Sekilas Tentang Hutan Pelawan
Terletak di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Hutan Pelawan merupakan kawasan konservasi seluas sekitar 300 hektare. Kawasan ini terdiri dari hutan wisata seluas 47 hektare dan sisanya merupakan hutan adat yang dikelola oleh masyarakat setempat.
Keunikan Pohon Pelawan
Nama hutan ini diambil dari pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff), anggota famili Myrtaceae, yang mendominasi kawasan tersebut. Pohon ini dikenal dengan warna merah mencolok pada batang, akar, dan rantingnya, yang semakin terlihat jelas saat kulit luarnya mengelupas. Kayu pelawan dahulu digunakan untuk bahan bangunan, pembuatan kapal, ajir perkebunan lada, dan kayu bakar.
Keanekaragaman Hayati
Hutan Pelawan menjadi habitat bagi berbagai fauna, termasuk tarsius bangka (Tarsius bancanus), primata kecil nokturnal yang dikenal dengan sebutan “muntilin” oleh masyarakat setempat. Selain itu, terdapat berbagai jenis burung seperti burung rajaudang, serta hewan nokturnal lainnya seperti burung hantu, musang, dan kancil.
Potensi Ekonomi Lokal
Hutan Pelawan juga menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi, seperti madu pelawan dan jamur pelawan. Madu pelawan dihasilkan oleh lebah liar (Apis dorsata) yang menghisap nektar bunga pelawan, menghasilkan madu pahit yang diyakini memiliki khasiat kesehatan. Jamur pelawan, yang tumbuh di akar pohon pelawan saat musim hujan, memiliki rasa khas dan dijual dengan harga tinggi di pasaran.
Upaya Konservasi dan Wisata
Pemerintah setempat telah menetapkan Hutan Pelawan sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) pada tahun 2017, dengan tujuan konservasi, pendidikan, dan wisata berkelanjutan. Fasilitas seperti jalur jogging dari kayu dan rumah panggung kecil telah dibangun untuk mendukung kegiatan wisata alam dan edukasi.