Kalimantan Tengah, sebuah provinsi yang dikenal dengan hutan tropis lebatnya, memiliki sebuah permata tersembunyi yang menjadi salah satu surga ekowisata Indonesia: Sungai Sekonyer. Terletak di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, sungai ini tidak hanya menyuguhkan keindahan pemandangan alam tropis, tetapi juga menjadi rumah bagi spesies langka seperti orangutan, bekantan, buaya muara, dan berbagai jenis burung eksotis.

Sungai Sekonyer bukan hanya sebuah aliran air, melainkan denyut nadi kehidupan hutan hujan Kalimantan. Artikel ini akan mengajak Anda menyusuri aliran Sungai Sekonyer dari hulu ke hilir, menyelami cerita alam, budaya, hingga pelestarian lingkungan yang mengelilinginya.

1. Lokasi dan Aksesibilitas

Sungai Sekonyer mengalir di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, dengan titik awal perjalanan umumnya dimulai dari Pelabuhan Kumai, sekitar 20 menit dari Bandara Iskandar di Pangkalan Bun. Sungai ini menjadi pintu gerbang menuju Taman Nasional Tanjung Puting, yang luasnya mencapai lebih dari 400.000 hektare.

Untuk menyusuri sungai, wisatawan biasanya menggunakan klotok, yaitu perahu kayu bermotor dua tingkat yang juga difungsikan sebagai tempat menginap selama menyusuri sungai. Perjalanan dengan klotok menjadi daya tarik utama, karena memungkinkan wisatawan untuk bersantai sambil menyaksikan hutan lebat di tepi sungai dan satwa liar yang muncul secara alami.

2. Menyusuri Sungai: Pengalaman yang Tak Terlupakan

Saat klotok mulai melaju di permukaan air yang tenang, aroma hutan hujan yang lembap, suara serangga, kicauan burung, dan gelegak air menciptakan orkestra alam yang menenangkan. Sungai ini berliku-liku menyusuri hutan, membawa penumpangnya menuju dunia yang terasa asing namun memesona.

Di sepanjang aliran sungai, pengunjung akan disuguhi pemandangan:

  • Orangutan liar bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain.

  • Bekantan, si monyet berhidung besar yang menjadi maskot Kalimantan.

  • Buaya muara yang sering terlihat berjemur di tepi sungai.

  • Burung enggang yang terbang melintasi langit hutan.

Beberapa titik penting yang biasanya disinggahi wisatawan antara lain Camp Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp Leakey. Masing-masing lokasi merupakan pusat rehabilitasi orangutan dan edukasi konservasi.

3. Camp Leakey: Surga Konservasi Orangutan

Salah satu tempat paling ikonik di sepanjang Sungai Sekonyer adalah Camp Leakey, yang didirikan oleh Dr. Biruté Mary Galdikas, seorang primatolog legendaris. Kamp ini menjadi pusat penelitian dan perlindungan orangutan sejak 1971, dan hingga kini masih aktif melakukan konservasi dan pelepasliaran orangutan ke habitat alaminya.

Di Camp Leakey, pengunjung bisa menyaksikan langsung proses pemberian makan orangutan yang datang dari dalam hutan. Momen ini sering kali menjadi puncak dari perjalanan menyusuri Sungai Sekonyer. Orangutan liar dan semi-liar turun dari pepohonan, kadang membawa anak-anaknya, dan berinteraksi tanpa kandang atau jeruji besi.

Kehadiran manusia yang terbatas dan penuh hormat membuat interaksi ini terasa alami dan penuh keajaiban.

4. Flora dan Fauna: Harta Karun Ekologis

Selain primata, Sungai Sekonyer menjadi habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan lainnya:

  • Pohon bakau dan nipah yang berakar di tepi sungai.

  • Rafflesia, bunga raksasa yang langka.

  • Biawak air, ular pohon, dan beruang madu yang hidup dalam keseimbangan ekosistem.

  • Lebah liar yang membuat sarang di batang pohon tinggi.

Keanekaragaman hayati di sekitar Sungai Sekonyer menjadi salah satu yang terkaya di Indonesia, menjadikannya laboratorium hidup bagi para peneliti dari seluruh dunia.

5. Masyarakat Lokal dan Budaya Sungai

Penduduk lokal, khususnya masyarakat Dayak, hidup berdampingan dengan sungai dan hutan secara harmonis. Mereka menggantungkan hidup pada sungai untuk air, ikan, dan transportasi. Sungai Sekonyer bukan hanya sumber kehidupan biologis, tetapi juga spiritual.

Cerita-cerita lokal menyebutkan sungai ini dihuni makhluk-makhluk gaib, dan adat Dayak melarang keras menebang pohon sembarangan atau membuang limbah ke sungai. Kearifan lokal ini menjadi benteng alami bagi kelestarian Sungai Sekonyer dari kerusakan.

6. Ancaman dan Upaya Pelestarian

Seperti banyak kawasan hutan tropis lainnya, Sungai Sekonyer tidak lepas dari ancaman:

  • Illegal logging (penebangan liar)

  • Perkebunan sawit

  • Pencemaran air

  • Kebakaran hutan

Namun, berbagai lembaga konservasi seperti OCC (Orangutan Care Center) dan LSM internasional bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan kawasan ini. Program edukasi, patroli hutan, serta wisata berbasis konservasi menjadi pilar utama pelestarian sungai ini.

7. Wisata Berkelanjutan dan Dampaknya

Salah satu keunikan Sungai Sekonyer adalah wisata yang tidak merusak lingkungan. Klotok-klotok yang digunakan ramah lingkungan, tidak ada pembangunan masif, dan semua wisata dilakukan dengan prinsip ecotourism.

Wisatawan diajak untuk:

  • Membawa kembali sampah.

  • Tidak memberi makan satwa liar.

  • Menjaga kebersihan sungai.

  • Menghormati satwa dan penduduk lokal.

Hasil dari wisata ini pun dirasakan langsung oleh masyarakat setempat, yang menjadi pemandu, pemilik kapal, koki di atas klotok, hingga penjaga kamp konservasi.

8. Kesimpulan: Simfoni yang Harus Dijaga

Sungai Sekonyer adalah sebuah perjalanan, bukan hanya tempat wisata. Ia adalah narasi tentang keindahan alam, keseimbangan ekosistem, dan perjuangan manusia untuk menjaga harmoni kehidupan. Menyusuri sungai ini berarti menyelami kekayaan Kalimantan yang tak ternilai, menyaksikan simfoni alam yang menakjubkan, dan menjadi saksi bahwa masih ada tempat di dunia ini di mana alam dan manusia bisa hidup berdampingan.

Kita, sebagai pengunjung atau penikmat keindahan alam, memiliki peran penting: menjadi bagian dari penjaga, bukan perusak. Karena seperti Sungai Sekonyer yang terus mengalir, semoga semangat konservasi dan cinta alam kita pun tak pernah surut.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *