Pulau Libukang sebagai obyek wisata bahari dan religi di Kota Palopo mendapat dukungan banyak pihak. Anggota dewan yang warga keturunan Pulau Libukang ini, berharap Pemkot Palopo menjadikan Pulau Libukang sebagai destinasi pariwisata unggulan yang ada di Kota Palopo.
Bagi warga Luwu Raya, terkhusus warga Kota Palopo, tidak ada yang tidak mengenal Pulau Libukang. Pulau yang letaknya tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Ringgit ini, merupakan ‘surga kecil’ bagi orang-orang keturunan eks penghuni Pulau libukang. Dulunya, pulau tersebut dihuni masyarakat, namun tersingkirkan oleh kekejaman kolonial Belanda pada jamannya.
Meski tidak lagi berpenghuni, Pulau Libukang masih sangat dijaga dan sangat disakralkan oleh orang-orang Libukang. Bahkan, keluarga kerabat warga asal Libukang sering mengunjungi pulau tersebut untuk berziarah di makam leluhur mereka yang dimakamkan di pulau itu.
Dari Pelabuhan Tanjung Ringgit, dengan menggunakan perahu motor, pulau tersebut bisa ditempuh sekitar 5. Jarak dari Tanjung Ringgit ke pulau itu sekitar 2 Km. Pulau itu seluas 8 hektar.
Di Pulau Libukang, terdapat sebuah masjid yang letaknya di pinggir pantai. Bagi pengunjung yang hendak menunaikan salat bisa melaksanakan salat di masjid itu.
Untuk sampai di puncak pulau, pengunjung harus melewati ratusan anak tangga yang terjal dibawah pepohonan nan rindang. Diatas pulau ini terdapat pohon-pohon seperti pohon cengkeh yang sudah berumur puluhan tahun, bahkan hampir mencapai ratusan tahun. Ada juga pohon Durian, pohon Mangga dan pepohonan khas pinggiran pantai.
Selain pemandangan laut yang indah dengan pasir putihnya, Pulau Libukang juga memiliki keindahan jejeran pohon mangrove dan sejuknya pohon kelapa yang kokoh berdiri di pinggir pantai.
Dan yang paling disakralkan warga keturunan Libukang, di pulau itu terdapat beberapa makam leluhur orang to libukang, salah satunya makam Puang Hawang. Ada juga makam leluhur orang Libukang bernama Nenek Poko’.
Puang Hawang adalah penerima ajaran tarikat khalwatiah di Kota palopo sejak ratusan tahun silam. Makamnya menggunakan kelambu berwarna kuning terang yang menandakan simbol keteladanan atau memiliki kebangsawanan.
Pengunjung yang berziarah di makam ini biasanya menghadirkan tokoh kunci dari pulau ini, yakni H Martani untuk membacakan doa, dan bercerita tentang Pulau Libukang dan orang-orang keturunan Libukang. H Martani sendiri adalah ayah dari Anggota DPRD Palopo, Cendrana Saputra.
Di dalam makam, pengunjung sudah bisa menziarahi makam dengan memegang batu nizan, lalu membaca beberapa ayat suci Alquran. Adapula yang melanjutkan dengan berdiri melantunkan lafas barsanji yang memuji muji keesaan Allah dan Rasullullah, dan berdzikir seperti yang dilakukan para pengikut tharikat khalwatiah. (*/cbd)