PULAU Breueh di Kabupaten Aceh Besar mungkin belum terlalu familiar di kalangan traveler, namun keindahannya layak diperhitungkan. Terletak di Kecamatan Pulo Aceh, pulau ini menawarkan pesona alam yang tidak kalah dengan destinasi wisata lain seperti Lampuuk dan Lhoknga.
Untuk mencapai Pulau Breueh, wisatawan bisa menggunakan kapal nelayan atau kapal feri dari Banda Aceh. Perjalanan dimulai dari dermaga lama di bawah Jembatan Ulee Lheue, memakan waktu sekitar 1,5 jam menuju Dermaga Gugop di Kemukiman Pulau Breueh, tergantung kondisi cuaca.
Setibanya di Pulau Breueh, pengunjung akan disambut pantai berpasir putih yang menghadap Samudera Hindia. Salah satu daya tarik utama adalah Taman Ekowisata di Pasi Weung, tempat konservasi penyu yang dikelola masyarakat dari 12 desa.
Di sini, wisatawan dapat melihat penyu bertelur, terutama antara bulan Agustus hingga Desember. Selain itu, ada juga Pantai Balue yang menawarkan pengalaman unik melihat penyu belimbing, penyu hijau, dan jenis penyu lainnya. Penangkaran penyu di sini sangat menarik bagi pengunjung yang ingin melihat proses pelepasan tukik ke laut.
Pulau Breueh juga menawarkan berbagai kegiatan wisata bahari seperti menyelam, snorkeling, memancing, dan berkeliling pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pantai Lambaro adalah tempat sempurna untuk menikmati matahari terbenam atau bersantai bersama keluarga.
Pantai ini terkenal dengan pasir putih dan ombak yang tenang, menjadikannya lokasi ideal untuk berselancar atau sekadar berswafoto. Salah satu ikon Pulau Breueh adalah mercusuar Willem’s Torrent, dibangun Belanda pada tahun 1875.
Mercusuar setinggi 85 meter ini menawarkan pemandangan spektakuler dari puncaknya, termasuk Pulau Weh dan Pulau Rondo serta kapal-kapal yang melintas di zona ekonomi eksklusif. Menapaki 167 anak tangga menuju puncak akan memberikan pengalaman tak terlupakan, terutama dengan angin laut yang menyegarkan.
Pulau Breueh menyediakan berbagai pilihan penginapan, mulai dari homestay dengan harga terjangkau sekitar Rp 150 ribu per malam hingga opsi lebih murah bagi backpacker. Meskipun akses menuju pulau ini masih menjadi tantangan, pemerintah daerah berencana memperbaikinya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, menekankan pentingnya mengembangkan Pulau Breueh sebagai destinasi wisata berkelanjutan yang menguntungkan secara ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Salah satu inisiatif yang sedang dipertimbangkan adalah pemberian sertifikat bagi pengunjung mercusuar Willem’s Torrent, mirip dengan sertifikat titik kilometer nol di Sabang.
Pulau Breueh menawarkan pengalaman wisata yang unik dan beragam, mulai dari keindahan pantai, konservasi penyu, hingga petualangan di mercusuar bersejarah. Dengan segala pesona alam dan budaya yang dimilikinya, Pulau Breueh siap menyambut wisatawan yang mencari destinasi wisata yang belum terjamah dan autentik di Aceh. (ASG)