Tak ada yang bisa mengobati kekwatiran hati selain alam.
Alam selalu mempunyai cara tersendiri untuk mengobati rasa kekwatiran itu.
Kali ini aku melangkah ke Gunungsitoli arah selatan. Sebuah destinasi wisata yang sedang naik daun ditengah masyarakat Nias. Kurang lebih 30 menit, aku memacu sepeda motor dengan kecepatan rata-rata. Sepintas aku melihat sebuah plan kecil yang berwarna hijau muda yang berdiri tegak di dekat sebuah pasar tradisional.
Pasar tradisional humene, itulah nama pekan itu. Sekali dalam seminggu pedagang dan pembeli saling bertransaksi satu sama lain. Tak ada harga yang tepat untuk sebuah barang, hanya keahlian seorang pembeli bernegoisasi, yang membuat harga sebuah barang mampu turun menjadi setengah harga.
Beberapa menit mataku tertuju pada sebuah plan yang diatasnya bertulis Jl. Tuada Daeli. Setelah yakin itulah jalan menuju arah ke Air Terjun Humogo, aku membelokkan sepeda motorku. Dari plan sampai 400 meter dari pasar tradisional Humene jalan lumayan mulus. Tapi, tak berselang lama jalan yang sedikit mulus digantikan dengan jalan yang berbelok dan memutar.
Selama perjalanan, rumah-rumah penduduk yang beratap seng dan berdinding beton menjadi pemandangan yang silih berganti di kiri kanan jalan. Terkadang ketika berpapasan dengan seorang warga, tak lupa aku mengucapkan salam Ya’ahowu.
Dalam masyarakat suku Nias, Ya’ahowu adalah sebuah salam dalam bahasa Nias, yang mempunyai arti kita memberi berkat, mengatakan terimalah berkat. Salam Ya’ahowu yang aku ucapkan dibalas dengan salam Ya’ahowu. Mengucapkan salam Ya’ahowu sudah menjadi kebiasaan masyarakat suku Nias saat baru pertama kali ketemu. Karakter ramah sudah menjadi karakter masyarakat suku Nias umunya.
Rumah-rumah penduduk dan jalan yang berkelok-kelok ditambah dengan sedikit tanjakan, keadaan jalan yang aku temui selama perjalanan menuju Air Terjun Humogo. Aku sempat bertanya kepada salah seorang anak kecil, apakah jalan menuju Air Terjun Humogo masih jauh?
Anak yang bemata sipit dan mempunyai kulit kuning langsat yang merupakan ciri-ciri orang nias pada umumnya menjawab tak jauh dari jembatan yang ada di depan ini. Rupanya benar apa yang dikatakan oleh anak itu. Tak berselang beberapa lama memacu motor. Aku melihat beberapa motor dan mobil sedang parkir di halaman sebelah kiri sebuah rumah penduduk. Dalam benakku aku yakin ini merupakan jalan menuju destinasi objek wisata Air Terjun Humogo.
Tapi, yang membuat aku ragu karena tidak ada plan sebelum sampai di objek wisata. Beruntung, setelah memarkirkan sepeda motor ada sebuah plan yang berwarna putih yang bertulis objek wisata Air Terjun Humogo.
Sebelum sampai di Air Terjun Humogo, aku sempat berpikir motor bisa sampai di lokasi objek wisata. Parkir motor dan kemudian setelah itu jalan kaki paling lama sekitar 10 menit, setelah itu aku langsung nyemplung ke air terjun.
Sayang, ekpetasiku tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Aku harus berjalan kaki sekitar setengah jam. Jalan agak sedikit menurun, sebenarnya kendaraan roda dua bisa kemudikan sampai lokasi Air Terjun Humogo. Tapi, karena baru pertama kali ke objek wisata aku tidak berani membawa motor sampai ke lokasi air terjun.